26 Okt 2010

Urbanisasi menjadi dilema di Jakarta

Salah satu penyakit kota Jakarta adalah Urbanisasi. Urbanisasi penduduk ternyata penyebab utama  kota besar menjadi sumpek dan padat.Kehadiran pusat pertokoan, perkantoran dan pabrik - pabrik merupakan 'pancingan' atau daya tarik untuk sekelompok orang yang biasa di sebut kaum urban dari waktu ke waktu.
Banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat daerah untuk meninggalkan pekerjaan lahan pertanian didesa.  Salah satunya yaitu mencari pengalaman hidup baru, ingin melihat bagaimana sih kehidupan mewah kota besar (walaupun mereka tidak atau belum mengetahui kejamnya hidup di kota besar seperti Jakarta),  ingin melihat kemewahan pusat-pusat perbelanjaan / mall yang mungkin kualitasnya  lain dengan yang ada didaerah,   ingin mencoba macam pekerjaan baru,  ingin merubah kehidupan lewat pekerjaan,  ingin merubah diri menjadi manusia kota besar,  ingin melihat apa dan bagaimana bentuk pusat kota pemerintahan negara ini, ingin merasakan bagaimana tinggal di daerah ibu kota  dan menjadi manusia modern dsb. 

Banyak dukungan faktor-faktor  sosial yang menjadi pemicu terjadinya arus ledakan urbanisasi dari waktu kewaktu.
Urbanisasi tidak akan melihat kualitas diri tetapi lebih kearah mencoba kemampuan yang ada.  maka tidak heran deh setiap musim pulang kampung / mudik selesai lebaran, maka berdatangan wajah-wajah baru yang lugu dan terbengong-bengong melihat tempat baru dengan membawa sebongkah harapan baru. Dengan tiba-tiba saja ibu kota / kota besar  mendapat ” oleh-oleh penduduk baru. ”     kelurahan sampai tingkat kecamatan semua sibuk kebanjiran pekerjaan baru, yaitu kembali mendata statistik penambahan penduduk baru lewat pengurusan KTP.
Alhasil, daerah menjadi sepi.  Lapangan pekerjaan didaerah tiba-tiba menjadi tidak tertarik karena jaminan sosial yang diberikan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan jaminan sosial lewat pekerjaan di kota besar, walaupun banyak aset aset di daerah yang banyak dan bisa di kembangkan menjadi lapangan kerja baru yang menurut saya bisa beromzet lebih dibandingkan mereka pindah ke Jakarta.
Umunya mereka datang hanya  bermodal nekad. Mungkin mereka bercermin dari tokoh tokoh yang sering mereka liat di layar kaca yang sukses atau melihat saudara saudara mereka yang lebih dulu pergi ke Jakarta dengan cara meninggalkan kampung halaman dan merantau ke Jakarta.
Dan meskipun para pendatang baru ini mengerti betul situasi mereka yang minim qualitas pendidikan  dan skill.  Tetap saja mereka tidak pernah mundur untuk mencoba. Dan meskipun mereka sudah mengetahui bahwa hidup di kota besar yang asing ini ternyata menghadiahkan banyak kesulitan daripada keuntungan.  Tetap saja mereka membisikan harapan ini kepada rekan-rekan didaerah.  Inilah problematik.
Hidup dikota besar bukan saja perlu kekuatan mental, tetapi juga siap menerima akibat dari kegagalan. Sebab itu tidak luput lagi dampak dari urbanisasi yang paling ditakutin oleh masyarakat yaitu,  timbulnya kriminalitas baru baik korban maupun pelakunya.
Jadi menurut opini saya,  opsi dari bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang   salah satunya mencoba ” memindahkan  pusat pemerintahan dan ibu kota ke daerah lain, ” bukan merupakan solusi yang tepat.
Mengapa saya katakan opsi ini tidak tepat ?  Oleh karena dampak dari pemindahan ibu kota dan pusat pemerintahan adalah terbentuknya ruang lingkup areal pekerjaan yang baru, seperti parkantoran baru untuk memudahkan business para konglomerat. Terbentuknya kembali pabrik-pabrik baru untuk menunjang kerja sama business dalam management,   terciptanya kembali pusat-pusat pertokokan / mall dengan segala fasilitas kehidupan, untuk memberikan kenyamanan hidup para  businessman sementara mereka melakukan negoisasi  management.  Terbukanya kembali perumahan  baru dsb. Oleh karena dimana ibu kota dan pusat pemerintahan berada,  disanalah arus urbanisasi akan mengarah.
Meskipun opsi pemindahan ibu kota dan pusat pemerintahan juga mengandung element ”  pemerataaan tata kota dengan segaka isinya . ”   Tetap  dalam realita tidak akan mengakhiri arus urbanisasi.   Urbanisasi terjadi oleh karena manusia ingin mencari sesuatu yang baru dan mencoba merubah diri  dari fasilitas yang telah tersedia.
Opsi yang sederhana dari saya adalah, lakukan pemerataan pembangunan baik itu perumahan, pabrik dan perkantoran serta pusat perbelanjaan juga didaerah-daerah.  Pemerataan ini akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan  baru didaerah.  Lapangan pekerjaan yang maksimal pasti dapat menekan arus urbanisasi kekota-kota besar.  Dan jujur saya sudah muak dengan keadaan Jakarta sekarang.Saya hanya berpesan kepada kaum kaum urban jangan datang hanya dengan bermodal nekad,datanglah ke Jakarta dengan bekal yang cukup jangan hanya membuat Jakarta semakin sesak dan membuat repot pemerintah kota dan akhirnya Anda merasakan kejamnya Jakarta yang sesungguhnya.
Banyak dampak yang bisa kita lihat dari tidak terbendungnya Urbanisasi Di Jakarta, antara lain banyaknya gelandangan di pinggir jalan,banyaknya pemukiman kumuh di bantaran kali yang membuat kali semakin kumuh,ya mungkin mereka tidak ada tempat tinggal lagi untuk bertahan hidup,maka dari itu, kalau tidak punya bekal yang cukup jangan datang!!.


Cintailah kampung halaman kalian,bila setiap penduduk cinta akan daerahnya oleh karena fasilitas lapangan pekerjaan sudah tersedia,  maka otomatis langkah meninggalkan kampung halaman untuk pindah ke kota besar pasti enggan dicoba.  Jakarta tetaplah menjadi tempat pusat pemerintahan kita dan menjadi simbol ibu kota negara dan bukan merupakan tujuan terakhir nutk mencapai kesuksesan,saya yakin masih banyak yang bisa Anda lakukan di kampung halaman Anda masing masing.

sumber ; berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar